Penurunan hasil investasi sepanjang tahun 2018, berdampak terhadap terpuruknya kinerja industri asuransi jiwa. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga akhir tahun lalu laba bersih industri asuransi jiwa minus Rp 2,17 triliun, sedangkan tahun lalu, laba bersih masih positif di posisi Rp 11,12 triliun.
Kondisi investasi industri asuransi molorot siiring dengan penurunan nilai saham. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan indeks obligasi ritel serta korporasi yang mengalami pelemahan pada 2018. Akibatnya, hasil investasi industri menyusut tajam.
Tercatat pada Desember 2018, hasil investasi industri asuransi jiwa hanya Rp 6,62 triliun, atau menyusut 86,13% dari realisasi tahun 2017, yaitu sebesar 47,75 triliun.
Menurut Simon Imanto, Kepala Departemen Keuangan dan Pajak AAJI, total premi perusahaan asuransi jiwa pada 2017 mencapai smRp 193,32 triliun, sedangkan pada 2018 turun menjadi Rp 185,88, namun secara umum dalam lima tahun terakhir tumbuh 11,4%.
Sedangkan total pendapatan pada 2018 sebesar Rp 204,89 triliun atau turun dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp251,28 triliun. Namun, dalam lima tahun terakhir tetap tumbuh 5,3%. Dari sisi total aset pun mengalami penurunan dari Rp 545,74 triliun menjadi Rp 517,91 triliun.
Diakui Simon, untuk penempatan investasi, reksadana porsinya paling besar yaitu 33,8%, kemudian saham 32,9%, Surat Berharga Negara 14,4%, deposito 8,6% dan sukuk korporasi 6,2%.
Togar Pasaribu Direktur Eksekutif (AAJI) menambahkan potensi pasar asuransi terbesar saat ini yang harus digarap serius adalah generasi milenial. generasi ini telah memiliki kesadaran untuk memiliki proteksi melalui asuransi jiwa. Hal tersebut menjadi potensi bagi pelaku bisnis asuransi jiwa untuk memasarkan produknya ke generasi milineal. "Kesadaran akan proteksi menjadi harapan di tengah rendahnya penetrasi asuransi jiwa," katanya.
Hanya saja, untuk menggarap segmen milineal perlu diiringi dengan edukasi agar mereka dapat memilih produk asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan. Karena banyak generasi milenial yang belum memahami dengan jelas manfaat dari produk-produk asuransi jiwa.
Berdasarkan data AAJI, penetrasi asuransi jiwa pada 2018 sebesar 1,3 persen, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,4 persen. Jumlah tersebut terbilang kecil dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain seperti Malaysia sebesar 3 persen, India 2,7 persen, Brazil 2,2 persen, dan Kolombia 1,5 persen.
Sumber :
https://swa.co.id/swa/trends/togar-pasaribu-edukasi-asuransi-jiwa-perlu-bagi-generasi-milenial
Ingin kost anda bersih maksimal tanpa mengeluarkan tenaga? segera hubungi jasa bersih kost jogja untuk solusi terbaik