Untuk kesekian kalinya, kejelian Ody Mulya Hidayat dalam mencetak film box office patut diacungi jempol. Produser dan pendiri Max Pictures ini membuktikannya lagi melalui film yang berjudul Dilan 1991, ditayangkan perdana pada 28 Februari 2019. Pada saat bersamaan, film ini bersaing dengan film superherobikinan Hollywood, Captain Marvel. Ody mengatakan, jumlah penonton Dilan 1991 saat ditayangkan di hari pertama itu sebanyak 800 ribu orang. Max Pictures mengklaim raihan ini sebagai rekor box office sepanjang masa di industri perfilman nasional.
Di hari-hari berikutnya, penonton semakin membanjiri bioskop untuk menyaksikan kelanjutan kisah Dilan dan Milea. “Dilan 1991 berhasil mencapai jumlah penonton sebanyak 5,2 juta dalam 45 hari tayang di hampir 1.300 layar bioskop. Selain itu, film ini juga ditayangkan di Malaysia. Ini menjadi film ketiga terlaris setelah Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! dan Dilan 1990,” Ody menerangkan.
Awalnya, target penonton Dilan 1991 seperti Dilan 1990, yaitu 6,3 juta penonton di tahun 2018. “Namun, karena bentrok dengan Captain Marvel, mau tidak mau kami harus pecah layar. Saya masih belum puas dengan angka penonton sebanyak itu. Karena, awalnya film ini dijadwalkan akan ditayangkan pada September 2019,” mantan bankir ini mengungkapkan.
Alasan jadwal rilis yang dimajukan ini mempertimbangkan keinginan fans yang ingin segera menyaksikan kisah kelanjutan Dilan dan Milea di film terdahulunya.Dilan 1991 merupakan sekuel film Dilan 1990 yang diadaptasi dari novel Pidi Baiq. Kendati target penonton agak meleset, Ody bersyukur serta mengapresiasi kerja keras semua pihak yang terlibat dalam produksi dan pemasaran Dilan 1991.
Sebelum merilis film ini, Ody bersama timnya menginisiasi beragam kegiatan promosi dan pemasaran untuk menggaungkan Dilan 1991. Kegiatan itu, antara lain, peresmian Dilan Corner di Bandung pada 24 Februari 2019 yang dihadiri Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, bersama Menteri Pariwisata RI Arief Yahya serta para pemain Dilan 1991, kunjungan ke media, program siaran langsung televisi, road show, meet and greet, serta nonton bareng (nobar).
Rumah produksi ini memadukan strategi promosi online dan offline. Resep ini manjur lantaran trailer Dilan 1991 diperbincangkan publik di media sosial dan diwartakan oleh media arus utama. Tanda pagar (tagar) #HariDilan, misalnya, sempat trending topic di Twitter pada 24 Februari 2019 serta meriuhkan jagat dunia maya.Walau kegiatan itu mendulang sukses, biaya promosi Dilan 1991cukup menguras kas internal Max Pictures. Maka, Ody pun memainkan jurus ampuhnya untuk meminimalisasi risiko kerugian. Strategi monetisasi pun digalakkan, dengan menggandeng mitra bisnis untuk menghimpun pendapatan. Film yang disutradari Fajar Bustomi ini, lanjut Ody, berhasil menggaet 10 sponsor.
Jurus ini melengkapi kebijakan Max Pictures yang telah melakukan riset pasar dan selektif menetapkan konten. “Dalam memproduksi film, saya melihat konteks film yang sesuai dengan tren masa kini. Kami melakukan analisis pasar terlebih dahulu agar tidak terjebak dalam lubang yang sama,” ujar Ody menegaskan. Tujuan Ody melakukan riset pasar dan selektif memilih konten adalah untuk menarik minat penonton sebanyak-banyaknya di pasar domestik dan luar negeri, misalnya Malaysia. “Kami harus bisa menangkap peluang pasar yang lebih luas dengan membidik pasar baru,” lulusan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta, ini menambahkan.
Berbicara konten, Ody mengisahkan, Pidi Baiq sebagai penulis novel mengarahkan konten dan bersinergi dengan sutradara yang menangani aspek sinematografinya. Tugas Ody, sebagai produser, adalah menjembatani kedua kepentingan tersebut. “Proses produksi Dilan 1991 lebih cepat, yang produksinya dilakukan pada November 2018 selama hampir 50 hari untuk memproduksi dua film sekaligus, yakni Dilan 1991 dan Milea yang direncanakan akan tayang pada Januari 2020,” ungkap Ody. Max Pictures berpatungan dengan Falcon Pictures untuk memproduksi Dilan 1991 dan Milea yang menyedot dana Rp 16 miliar.
Max Pictures dipercaya sebagai rumah produksi yang mengangkat novel Pidi Baiq ke layar lebar karena menjalin kesepakatan dan komunikasi transparan untuk menentukan konten berdasarkan pandangan sang penulis novel. “Sebagai produser, saya membuka diri untuk menanyakan apa kekhawatiran Pidi Baiq jika novelnya diangkat ke layar lebar. Saya ikuti beberapa, namun ada juga yang perlu saya revisi bahwa tidak harus demikian. Akhirnya, Pidi dapat mengerti,” kata Ody.
Perihal pilihan konten Dilan 1991, menurut Ody, dirancang untuk menjaring target penonton dari kalangan remaja yang porsinya mencapai 70 persen dan sisanya membidik penonton dewasa.
Untuk sumber utama pendapatan, penghasilan Dilan 1991 dari tiket di bioskop berkontribusi sebesar 90 persen. “Penghitungan pendapatan yang diperoleh dengan bioskop dibagi 50:50 setelah dipotong pajak antara bioskop danproduction house,” Ody menjelaskan. Penghasilan tambahan berasal dari layanan video on demand yang dinilai Ody sebagai bonus. “Video on demand bukan sebagai sumber revenue utama. Ini menjadi second market karena biasanya bisa menghasilkan produk turunan seperti serial,” katanya.
Ke depan, Ody bakal memproduksi film yang menciptakan tren masa kini. “Bagi saya, produser itu perlu melihat tren di masyarakat dan bisa menciptakan sesuatu yang baru atau trendsetter. Kami akan terus menciptakan sesuatu yang baru setelah film Dilan 1991, sehingga ada variasi. Saya akan menciptakanbrand-brand baru,” kata pria kelahiran Garut, Jawa Barat ini.
Jeihan Kahfi Barlian & Vicky Rachman; Riset: Armiadi Murdiansyah
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/management/sentuhan-ody-mulya-hidayat-memoles-dilan-1991
butuh cleaning service panggilan jogja ? segera hubungi kami