Kios Dagang untuk Online, demikian kepanjangan Kudo, yang berambisi mengembangkan warung tradisional di seluruh pelosok Nusantara. Perusahaan aplikasi digital ini bercita-cita memberdayakan lebih dari 1 juta warung setiap bulan di masa mendatang.
Untuk mewujudkannya, Kudo menggelar beberapa program pemberdayaan warung, salah satunya program #MajuinWarung. Program ini mencakup tiga misi, yaitu memberikan akses digital untuk berjualan berbagai macam produk bagi warung tradisional, menjembatani layanan keuangan ke masyarakat dengan keterbatasan akses digital dan perbankan, hingga meningkatkan penghasilan tambahan bagi pemilik warung dan peluang bagi para individu untuk berjualan aneka barang dan jasa.
Fitur pelayanan di aplikasi Kudo cukup beragam dan lengkap, antara lain pembayaran tagihan iuran BPJS, premi asuransi; pembelian token PLN, pulsa telepon pascabayar, voucher game online, barang dagangan untuk stok barang dagangan di warung (misalnya, gula pasir, susu, atau beras), tiket; transfer uang; penyaluran kredit usaha; dan topup mitra driver Grab. Kudo di April 2017 diakuisisi Grab sehingga Kudo beredar di ekosistem Grab.
Agung Nugroho, Chief Executive Officer & co-founder PT Kudo Teknologi Indonesia, menyebutkan, Kudo berupaya mewujudkan warung kelontong tradisional yang lebih modern, maju, dan memiliki daya saing yang tinggi di era digital ini. Kudo, menurut Agung, menyiapkan semua aspek yang membantu daya saing warung tradisional untuk bisa berkompetisi dengan convinience storemodern. Pada 2015 Kudo mengawali jejak dalam memberdayakan warung di platform digital Penggunaan teknologi di warung tradisional itu berefek domino terhadap kesejahteraan dan literasi digital serta keuangan konsumen.
Komitmen Kudo ini dirasakan Afandi, agen Kudo dan pemilik warung kelontong tradisional di Tangerang, Banten. Ia mengatakan, setelah dua tahun menggunakan aplikasi Kudo, warungnya semakin ramai pembeli dan memperoleh omset lebih dari Rp 30 juta/bulan. “Warung saya bisa melayani berbagai hal dan tidak hanya berjualan barang kebutuhan sehari-hari di warung, tapi bisa juga menjual pulsa dan pembayaran tagihan ke pelanggan dengan aplikasi Kudo,” ujar Afandi. Pria yang hijrah dari Madura ke Tangerang ini mampu meningkatkan penghasilan. Sebelumnya, ia tidak memiliki penghasilan lantaran usahanya di Madura, kampung halamannya, telah gulung tikar.
Setidaknya, pengalaman Afandi itu selaras dengan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics yang merilis riset kontribusi Grab yang di dalamnya menyertakan Kudo. Survei yang dilansir pada April tahun ini menyebutkan, sebanyak 31% agen perorangan Kudo yang sebelumnya tidak memiliki pendapatan berhasil meningkatkan penghasilan setelah bergabung dengan Kudo dan Grab. Pendapatan si agen lebih dari Rp 2 juta per bulan. Lalu, 30% agen Kudo memperoleh pendapatan Rp 2 juta-4 juta per bulan dan 13% lainnya berpenghasilan lebih dari Rp 6 juta setiap bulan. Tambahan pendapatan itu diperoleh karena penjualan si pemilik warung atau agen itu meningkat. Masih menurut survei, sekitar 50% agen Kudo membukukan transaksi lebih dari Rp 1 juta di setiap pekan, 26% mencatatkan penjualan Rp 1 juta-2 juta dalam sepekan, dan 20% berpenghasilan di atas Rp 5 juta/pekan.
Wajar jika agen Kudo kecipratan rezeki karena manajemen Kudo memberikan komisi 2-20%, dan margin dari selisih harga jual. Sebelumnya, Nurrudin Al Fitroh, Chief Operating Officer Kudo, menyebutkan rata-rata transaksi di warung dan agen Kudo yang aktif berkisar 50-100 transaksi per hari. “Beberapa agen cukup produktif, bisa menaikkan pendapatannya sebesar 10-30%,” ungkapnya.
Kudo, menurut Nurrudin, turut memperoleh pendapatan dari margin yang diberikan pemasok barang dan keuntungannya dibagi rata untuk Kudo dan agen/warung. Skema pembagian margin dipraktikkan pula dari pendapatan yang bersumber dari fee layanan refferal product. “Pendapatan lainnya berasal dari potensi source of revenue jaringan yang kami miliki,” ujarnya. Pendapatan itu dari layanan keuangan, seperti transfer, tarik tunai, dan pembiayaan mikro.
Perihal transfer uang di warung, Agung menyebutkan, Kudo telah melayani jasa ini. Misalnya, buruh yang gajinya dibayar tunai oleh kantornya bisa mentransfer sebagian penghasilannya ke keluarga melalui warung yang bekerjasama dengan Kudo. ”Warung-warung di sekitar pabrik banyak yang melayani transfer uang karena buruh-buruh pabrik masih banyak yang dibayar cash, sehingga mereka transfer ke keluarganya dalam bentuk cash melalui agen Kudo. Selain transfer, mereka juga bisa menabung,” Agung menjelaskan. Kudo bersama OVO pada kuartal II tahun ini telah memberikan kredit usaha mikro.
Jika ditimbang-timbang, uang yang berputar di warung dan agen Kudo tidak bisa dihitung dengan jari. Cek saja, jumlah agen Kudo, menurut Agung, mencapai 2 juta di berbagai daerah. Sebanyak 500 ribu dari jumlah total agen Kudo itu merupakan warung. Sisanya adalah agen perorangan. Kudo di tahun 2019 akan menambah 200 ribu warung sehingga nantinya menggenapi jumlah total warung sebanyak 2,2 juta. Ia mengestimasi jumlah warung tradisional di Indonesia sebanyak empat juta unit yang melayani lebih dari 100 juta penduduk serta berpeluang digaet Kudo. “Masih ada 4 juta warung yang belum terlayani dan berpotensi menjadi mitra Kudo,” ungkapnya.
Agung menambahkan, Kudo mengimplementasikan program 4 BISA. Maksudnya, warung-warung tradisional bisa menjual produk digital seperti pulsa dan tiket, membayar tagihan listrik; memesan barang dagangan langsung ke agen/distributor yang harga jual lebih murah, mentransfer uang, dan menghubungkan masyarakat yang mendaftar sebagai mitra pengemudi (driver) Grab melalui aplikasi Kudo. “Tahun lalu, sekitar 700 ribu mitra pengemudi Grab mendaftar melalui agen Kudo. Artinya, para agen kami telah membantu membuka lapangan pekerjaan baru,” katanya.(*)
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/technology/kudo-tingkatkan-penghasilan-pemilik-warung
Vicky Rachman/Arie Liliyah dan Darandono
rumah baru masih berantakan? hubungi cleaning service panggilan jogja untuk solusi terbaik