KlinKlin Indonesia merupakan jasa cleaning service panggilan no.1 di Indonesia. Kami melayani jasa bersih kost Bandung, jasa bersih rumah Bandung dan cleaning service Bandung. Cabang kami tersebar di berbagai wilayah seperti cleaning service jakarta, bandung, jogja, surabaya, malang, semarang, balikpapan, bontang dan lainnya. Hubungi 085877678008

Harga CPO masih berpeluang naik, saham-saham emiten CPO tetap layak dilirik


JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) trennya naik sejak memasuki bulan Agustus 2019. Hanya saja, pada awal perdagangan di akhir pekan lalu harga CPO turun 2,03% menjadi RM 2.174 per ton. beberapa analis masih menilai saham emiten CPO masih layak dilirik.





Faktor perang dagang menjadi salah satu sentimen positif bagi ekspor CPO Indonesia. Hal ini dikarenakan China sebagai pangsa pasar CPO Indonesia mengurangi pembelian kedelai dari Amerika Serikat (AS) dan menggantikannya dengan minyak sawit.





Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, kebijakan China mengurangi pembelian produk pertanian dari AS dapat meningkatkan permintaan CPO dari Indonesia. Maka itu, harga CPO masih bisa bergerak naik. "Ini akan meningkatkan demand dari CPO Indonesia dan kita lihat harganya akan terus bergerak naik," ujar Hans.





Selain permintaan CPO yang meningkat, Hans menyebutkan alasan lain yang bisa mendukung kenaikan harga CPO tersebut. Yakni kebijakan pemerintah soal pencampuran biodiesel 30% (B30).





Namun, ada beberapa faktor yang dapat menekan harga CPO. Hans menyebutkan kampanye hitam yang dilakukan negara-negara Eropa terhadap produk CPO Indonesia. "Eropa bilang pembukaan lahan sawit di Indonesia tidak ramah lingkungan," ujar Hans.





Perlu diketahui Uni Eropa memberlakukan tarif impor biodiesel dari Indonesia sebesar 8%-18% mulai Rabu (14/8). Dikutip dari Bloomberg, tarif ini diberlakukan untuk mengantisipasi dugaan perlawanan dari Pemerintah Indonesia terhadap aksi kampanye anti sawit yang dilakukan Uni Eropa.





Meskipun demikian, Hans masih menilai, prospek saham emiten di sektor CPO ini masih baik. Dalam jangka panjang, ia merekomendasikan beli saham-saham emiten CPO karena harga CPO masih berpeluang naik. Namun, Hans juga bilang bahwa dalam waktu dekat harga-harga saham CPO kemungkinan akan terkoreksi.





Senada, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji berpendapat, saham-saham emiten CPO masih layak diminati. Menurutnya, pangsa pasar domestik dan kebijakan pemerintah mendukung perkembangan CPO di Indonesia akan mendongkrak harga CPO. "Program pemerintah ini pro dengan perkembangan CPO, seperti B30 yang berakhir di tahun 2030 dan B50 yang berakhir di tahun 2050," ujar Nafan.





Selain itu, Nafan juga mengatakan, secara teknikal saham-saham emiten CPO masih bergerak bagus. "Pelaku pasar sedang mencermati pergerakan harga saham yang relatif memiliki valuasi yang menarik, pergerakannya relatif murah dan rendah," jelas Nafan.





Hanya saja, Nafan masih menyebutkan adanya tantangan-tantangan dari sektor CPO. Dalam hal ini, ia juga menyebutkan faktor tarif impor dari Eropa. Menurutnya, perlu ada diplomasi ekonomi yang kuat dalam struktural untuk mengatasi hal tersebut.





Selain itu, ia juga bilang mengenai faktor cuaca yang dapat mempengaruhi produktivitas CPO. Jika cuaca cukup kondusif, industri CPO ini dinilai bisa tumbuh dan berkembang.





Berbeda dengan dua analis sebelumnya, analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa menilai prospek saham di sektor CPO ini kurang baik. Alasannya, harga CPO pada tahun ini tergolong rendah dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu, ia memangkas asumsi rata-rata harga CPO dari yang sebelumnya RM 2.300 per ton menjadi RM 2.000 per ton. "Kinerja harga CPO yang terus berada di kisaran RM 1.900 - RM 2.100 per ton sepanjang tahun sehingga prospek sahamnya masih kurang baik," ujar Yasmin.





Dari beberapa emiten CPO, Nafan bilang, LSIP menjadi salah satu emiten favorit yang bergerak di bidang ini. Nafan menilai pangsa pasar domestik maupun global masih meminati produk CPO dari LSIP.





Senada, analis Jasa Capital Utama Sekuritas Indonesia Chris Apriliony bilang LSIP menjadi salah satu emiten CPO yang paling stabil. Selain itu, fundamental perusahaan ini sangat kuat. "Walaupun pendapatan turun pada tahun ini, perusahaan ini stabil karena produksinya mereka tidak hanya di ekspor tetapi ada beberapa yang diambil oleh grupnya sendiri," ujar Chris.





Pendapat lain diutarakan oleh Yasmin. Ia lebih merekomendasikan TBLA untuk emiten sektor CPO. Menurutnya, TBLA yang sekaligus sebagai produsen biodiesel diuntungkan dengan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan komposisi kelapa sawit dalam biodiesel. Untuk saham TBLA, Yasmin merekomendasikan buy saham TBLA dengan target harga Rp 1.040 per saham.





Untuk saham LSIP, Nafan merekomendasikan maintain buy dengan target harga Rp 1.655 per saham dalam estimasi jangka panjang. Sedangkan Chris menyarankan buy on weakness untuk saham LSIP dengan target harga Rp. 1.400 per saham. Adapun Yasmin merekomendasikan hold saham LSIP dengan target harga Rp 1.120 per saham.





Sumber : https://investasi.kontan.co.id/news/harga-cpo-masih-berpeluang-naik-saham-saham-emiten-cpo-tetap-layak-dilirik?page=2





Reporter: Adrianus Octaviano 
Editor: Komarul Hidayat





rumah anda kotor? tenang, klik jasa bersih bersih jogja untuk solusi terbaik


Update App