KlinKlin Indonesia merupakan jasa cleaning service panggilan no.1 di Indonesia. Kami melayani jasa bersih kost Bandung, jasa bersih rumah Bandung dan cleaning service Bandung. Cabang kami tersebar di berbagai wilayah seperti cleaning service jakarta, bandung, jogja, surabaya, malang, semarang, balikpapan, bontang dan lainnya. Hubungi 085877678008
Showing posts with label strategi. Show all posts
Showing posts with label strategi. Show all posts

Memilih strategi yang tepat untuk investasi reksadana campuran


JAKARTA. Reksadana campuran diperkirakan bisa mencatat kinerja yang lebih optimal di tengah ekspektasi positifnya kondisi pasar saham dan obligasi pasca pemilu. Meski demikian investor tetap memerlukan strategi yang tepat dalam berinvestasi reksadana campuran.





Asal tahu saja, reksadana campuran sejauh ini memiliki kinerja rata-rata yang mentereng. Hal ini tercermin dari Infovesta Balance Fund Index yang tumbuh 3,33% (ytd) hingga akhir Maret lalu. Kinerja rata-rata reksadana ini berhasil melampui reksadana lainnya, termasuk reksadana saham yang hanya mencetak kinerja rata-rata sebesar 1,43% (ytd) di periode serupa.





Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menyampaikan, reksadana campuran terbagi dalam dua jenis, yakni reksadana campuran agresif dan konservatif.





Reksadana campuran agresif biasanya memiliki porsi saham yang lebih banyak ketimbang obligasi di dalam portofolionya. Sebaliknya, portofolio reksadana campuran konservatif umumnya lebih didominasi oleh obligasi dibandingkan saham.





Menurut Edbert, reksadana campuran konservatif dapat menjadi pintu masuk bagi investor pemula sebelum menjajal reksadana saham atau pendapatan tetap biasa. Di sisi lain, investor berkesempatan meraih cuan secara maksimal jika investasi di reksadana campuran agresif.





Lebih lanjut, jika investor sudah memiliki reksadana campuran agresif namun masih ingin memperkaya portofolionya dengan instrumen lain, maka investor tersebut disarankan membeli instrumen yang risikonya lebih rendah. Misalnya reksadana pendapatan tetap atau pasar uang.





“Upaya itu lebih baik ketimbang diversifikasi ke reksadana saham, karena potensi risikonya sama-sama tinggi,” imbuh Edbert, Senin (22/4) lalu.





Ia menambahkan, jika investor yang bersangkutan benar-benar fokus pada investasi di reksadana campuran saja, maka bukan masalah apabila investor tersebut membeli reksadana campuran dengan berbagai tipe, baik agresif ataupun konservatif. 





Dengan begitu, risiko yang dihadapi investor akan lebih terdiversifikasi tanpa harus mengurangi potensi imbal hasil yang optimal.





Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/news/memilih-strategi-yang-tepat-untuk-investasi-reksadana-campuran
Reporter: Dimas Andi 
Editor: Herlina Kartika





apakah anda sibuk dan tidak sempat membersihkan hunian anda, klik jasa bersih bersih jogja untuk mendapatkan solusi terbaik


Download >>

Siap-siap naik kelas, berikut strategi yang dilakukan bank BUKU II


JAKARTA. Perbankan terus berupaya meningkatkan permodalan agar lebih leluasa menjalankan bisnisnya. Karenanya, sejumlah bank yang masuk bank umum kelompok usaha (BUKU) II dengan modal inti Rp 1 triliun-Rp 5 triliun bersiap untuk menambah modal demi naik kelas ke BUKU III.





Salah satunya, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) yang akan menambah modal inti di tahun ini. Per akhir 2018 Bank Woori memiliki modal inti (tier 1) menyentuh Rp 4,3 triliun. Jumlah modal inti ini meningkat dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,97 triliun alias tumbuh 8,3% secara year on year (yoy).





"Kami masih bisa naik BUKU III dari organik saja, tidak ada rencana corporate action," jelas I Made Mudiastra, Direktur PT Bank Woori Saudara Tbk Jumat (29/3).  





Menurut Made, jika tahun ini Bank Woori tidak membagikan dividen kepada pemegang saham, sehingga bisa saja modal inti bank akan menyentuh Rp 5 triliun, atau masuk kategori BUKU III.





Sebab, menurutnya memasuki tahun 2019 modal inti Bank Woori sudah mencapai Rp 4,6 triliun. "Artinya kalau dipotong dividen mungkin tinggal Rp 4,5 triliun. Untuk menyentuh Rp 5 triliun kurang Rp 500 miliar lagi," imbuh Made.





Dengan asumsi pertumbuhan laba tahun ini sebesar 10% secara tahunan, Made bilang paling lambat tahun 2020 Bank Woori sudah bisa masuk kategori BUKU III.





Catatan saja, pada tahun 2018, Bank Woori membukukan laba bersih Rp 537,91 miliar, naik 22,62% ketimbang tahun 2017 yang sebesar Rp 438,72 miliar.





Dengan asumsi tersebut, artinya tahun ini prediksi laba bersih Bank Woori bisa mencapai Rp 591,76 miliar. 





Nantinya, bila sudah menjadi BUKU III, BWS bakal lebih gencar mendongkrak bisnis di segmen korporasi dengan mitra perusahaan besar dari Korea Selatan. Namun, pihaknya juga akan masuk ke segmen usaha kecil dan menengah (UKM) sekaligus perusahaan korporasi domestik sambil mengembangkan bisnis konsumer seperti kredit pemilikan rumah (KPR).





Bukan hanya BWS, PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) juga punya rencana naik ke BUKU III dalam jangka menengah. Namun, Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso bilang kalau rencana tersebut baru bisa terwujud di tahun 2021 mendatang.





Salah satu upayanya yaitu dengan mempertahankan raihan kinerja dan pendapatan yang positif untuk mengerek laba dan mendorong modal. Di sisi lain, komitmen dari pemegang saham yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Taspen juga cukup tinggi dengan suntikan modal hampir setiap tahun. "Kalau sesuai corporate plan di 2021, caranya organik plus penambahan modal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (31/3).





Tak banyak yang berubah, jika menjadi BUKU III Bank Mantap akan tetap fokus memberikan kredit ke aparatur sipil negara (ASN) yang aktif maupun pensiunan. Sekadar informasi, akhir tahun lalu setelah mendapat injeksi modal Rp 500 miliar dari Bank Mandiri dan Taspen total tier 1 Bank Mantap sudah mencapai Rp 2,6 triliun. Injeksi tersebut disesuaikan dengan porsi saham masing-masing pemegang saham yakni Mandiri 51,05% dan Taspen 48,39%.





Berbeda dengan BWS dan Bank Mantap, PT Bank BNI Syariah dan PT Bank BRI Agroniaga Tbk direncanakan untuk naik kelas di tahun 2019 ini. Merujuk pemberitaan Kontan.co.id pada 14 Maret lalu posisi modal inti BNI Syariah sudah mencapai Rp 4,2 triliun saat ini.





Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengungkap ada beberapa opsi untuk menambah modal. Sejumlah opsi ini antara lain melalui mitra strategis (strategic partner), melantai di bursa alias initial public offering (IPO) atau suntikan modal dari pemegang saham. "Paling mendekati adalah capital injection. Tapi kami berjuang untuk sampai akhir tahun ini jadi BUKU III," terangnya.





Bila hal ini terwujud, maka BNI Syariah bakal menjadi bank umum syariah (BUS) BUKU III kedua di Tanah Air setelah selama beberapa tahun terakhir hanya diisi oleh PT Bank Syariah Mandiri (BSM).





Sementara itu, BRI Agro berencana naik ke BUKU III pada pertengahan tahun ini. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini setidaknya membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar untuk naik kelas. Adapun, total modal inti BRI Agro akhir tahun lalu sudah mencapai Rp 4,28 triliun naik dari Rp 3,07 triliun di tahun 2017.





Sebagai tambahan informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini jumlah bank di kelas BUKU III sudah sebanyak 27 bank konvensional dan 1 BUS per Januari 2019.





Ada sejumlah keunggulan yang bisa dinikmati oleh BUKU III dibanding BUKU I dan II. Salah satunya bank kelompok ini lebih leluasa melakukan kegiatan penyaluran dan penghimpunan dana dalam bentuk rupiah dan valuta asing (valas) pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri walau terbatas di Asia saja.





Selain itu, BUKU III juga diperkenankan untuk membuka kantor cabang jaringan di Tanah Air secara bebas dan di luar negeri secara terbatas pada wilayah Asia saja.





Sumber :
https://keuangan.kontan.co.id/news/siap-siap-naik-kelas-berikut-strategi-yang-dilakukan-bank-buku-ii
Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang 
Editor: Herlina Kartika





apakah anda ingin membersihkan rumah atau kost anda namun tidak memiliki waktu luang? serahkan kepada kami, klik jasa bersih rumah dan kost jogja untuk solusi terbaik


Download >>

Pembayaran Obat Program JKN Seret, Ini Strategi Perusahaan Farmasi


JAKARTA. Tahun ini industri farmasi masih menghadapi segudang tantangan. Selain bahan baku impor, macetnya pembayaran obat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan masih membayangi langkah mereka. Agar bisnis tetap berputar, pelaku industri farmasi berupaya mengatur aliran kas.





Meski pembayaran obat BPJS Kesehatan masih bermasalah, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengaku tak bisa mengabaikan begitu saja segmen pasar tersebut. "Karena perkembangan ke depan cakupan BPJS akan tambah luas dan membaik," ujar Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk kepada KONTAN, Minggu (10/3).





Asal tahu, pengadaan obat oleh BJPS melalui e-catalogue bernilai triliunan rupiah. Mulai tahun lalu, pemerintah menggelar tender obat untuk dua tahun anggaran sekaligus, yakni 2018-2019.





Kalbe Farma tak menyebutkan nilai tender obat BPJS yang saat ini digenggam. Namun yang pasti, pengelolaan kas menjadi perhatian khusus emiten berkode saham KLBF di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu. Maklumlah, ketersediaan kas menjadi salah satu bekal perusahaan mendanai operasional bisnis.





PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) juga berupaya menjaga kas. Dalam kunjungan ke Kantor KONTAN pekan lalu, Corporate Secretary PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Widya Olivia Tobing mengatakan strategi itu mampu menahan efek negatif dari sejumlah tantangan di industri farmasi.





Sementara PT Indofarma (Persero) Tbk lebih terbuka berbagi strategi dalam menjaga kas. "Terkait cashflow kami harus inovatif untuk menata portofolio bisnis agar kinerja menjadi lebih baik," tutur Herry Triyatno, Direktur Keuangan dan SDM PT Indofarma (Persero) Tbk kepada KONTAN, kemarin.





Oleh karena itu, mulai tahun ini Indofarma akan memacu segmen bisnis non obat. Perusahaan berkode saham INAF di BEI itu antara lain akan meningkatkan penjualan alat kesehatan dan diagnostik. Target jangka panjangnya adalah mengantongi kontribusi pendapatan segmen non obat hingga sebesar 40% terhadap total pendapatan.





Dengan begitu, ke depan Indofarma tidak akan banyak bergantung pada segmen obat. Menurut mereka, cara tersebut bisa mengurangi ketergantungan terhadap rumah sakit yang menjadi saluran penjualan obatnya.





Sumber : https://insight.kontan.co.id/news/pembayaran-obat-program-jkn-seret-ini-strategi-perusahaan-farmasi





Reporter: Agung Hidayat
Editor: Herry Prasetyo





kost berantakan, kotor, dan kurang nyaman? klik jasa bersih kost jogja untuk mendapatkan solusi terbaik


Download >>

Update App